Wednesday, March 30, 2016

Laporan Outbound Mata Kuliah Character Building



LAPORAN KEGIATAN OUTBOUND
DALAM  MATA KULIAH CHARACTER BUILDING
( Dosen Pengampu : Riyanti Yunita Kisworini,S Pd. )




Description: http://www.carikampus.com/modules/univ/images/stmik%20wu.jpg



Disusun Oleh :

DARSONO               STI201501151



Program Studi Teknik Informatika
STMIK WIDYA UTAMA PURWOKERTO
2015

KATA PENGANTAR
            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat,karunia Nyalah,  penulisan laporan bisa  terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan tugas ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Character Building pada Semester I tahun akademik 2015/2016. Dengan membuat tugas ini mampu untuk lebih mengerti akan mata kuliah character building yang sudah di ajarkan kepada penulis oleh Dosen Mata Kuliah Character Building.

            Dalam penyelesaian tugas ini, penulis banyak mengetahui kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun berkat ilmu yang saya dapat walaupun masih banyak yang belum paham dalam mata kuliah ini. Akhirnya dalam mengikuti Mata Kuliah Character Building yang di lakukan di luar kampus dengan mengikuti kegiatan Outbound tempatnya di Musem Jendral Soedirman di karang lewas. Karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1.      Ibu Riyanti Yutina Kisworini, S Pd  selaku Dosen Mata Kuliah Character Building  yang selalu memberikan pemahaman berupa materi – materi perkuliahan.
2.      Orang tua, Istri, kedua putra-putriku yang tercinta,  yang banyak memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan, baik secara moral maupun spriritual.
3.      Teman – teman Angkatan 2015 STMIK Widya Utama, serta semua pada waktu pelaksanaan Outbound, yang tidak dapat penullis sebutkan satu per satu. Terimakasih atas semuanya   

Penulis sadar sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, tugas penusilan laporan Outbound ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan tugas yang lebih baik bagi masa yang akan mendatang.
Harapan penulis, semoga tugas laporan yang sederhana ini, dapat memberi manfaat bagi penulis , dan semua yang menbaacanya.

Purwokerto,   Januari 2016

Darsono

BAB  I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Motivasi adalah dorongan yang menghasilkan perilaku yang diarahkan pada tujuan. Menurut pandangan psikologi, motivasi dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, peran pikiran, dan harapan.
Sesuai dengan pernyataan di atas tujuan Motivasai Kegiatan Outbound yang ikuti oleh maahasiswa yang menganbil Mata Kuliah Character Building pada STMIK Widya Utama Purwokerto ini dilaksanakan, adalah agar dapat hadir rasa kebersamaan dan salimh memiliki satu sama lain, sehingga timbulnya keakraban yang dapat menjadi motivasi bagi seluruh mahasiswa  dalam waktu perkuliahaan, lalu memberikan gambaran bahwa  dalam mencapai  tujuan dibutuhkan pengorbanan dan melalui proses yang  tidak mudah, jika kedua faktor tersebut sudah terbentuk maaka  akan hadir harapan yang kuat untuk teguh disuatu pendirian yaitu meneruskan kulaih hingga sarjana.
Mengenai alasan acara ini terbentuk  adalah, banyak pihak yang melihat bahwa semangat mahasiswa STMIK Widya Utama sudah mulai memudar, dan sudah mulai saatu persatu mahasiswa yang mulai gugur di dalam perkuliahan ini.
Agar lebih memahami dan meresapi  maka dibalik kegiatan Outboun ini merupakan Motivasi. Kami para mahasiswa STMIK Widya Utama Purwokerto yang mengambil Mata Kuliah Character Building  diwajibkan membuat laporan dan analisis mengenai hasil kegiatan Outbound tersebut.

B.       MAKSUD DAN TUJUAN

1.      Dapat memahami makna dalam kegiatan Outbound.
2.      Dapat lebih memahami mengenai  yang ada dalam kegiatan Outbound tersebut.
3.      Dapat menjalin hubungan yang baik, antar anggota dan kelompok
4.      Melatih keakraban, kebersamaandengan sesama mahasiswa






BAB II
PEMBAHASAN
A.           Motivasi Outbound

Motivasi Outbound adalah Outbound yang mengandung nilai motivasi yang digagas oleh salah satu Dosen Mata Kuliah Character Building yaitu Ibu Riyanti Yunita Kisworini, S Pd yang di tunjukan kepada mahasiswa STMIK Widya Utama Purwokerto Kelas A, B, maupun C  untuk mengikuti kegiatan Outbound di luar kelas.
Acara ini sangat memiliki manfaat  yang sangat  banyak dan sangat berkesan bagi para mahasiswa yang menjadi peserta dalam acaara ini. Acara ini di adakan di Museum Jendral Soedirman  Karang Lewas pada hari  Sabtu, 12 Desember 2015.
Para mahasiswa dan Dosen yang ikut serta acara ini berangkat dari  Kampus STMIK Widya Utama Purkerto pada pukul  07.00 WIB  memakai kaos merah dengan memakai kendaraan dari Kodim 071 Banyumas,  setelah sampai di tempat lokasi  seluruh peserta Outbound di perkenalkan dengan seorang mentor dan kelompoknya yang akan akan menjadi panitianya dalam acara ini. Di teruskan dengan pmbentukan sebuah lingkaran seluruh peserta, yel -  yel wajib outbound ,pembagian kelompok setiap kelompok ada yang berjumlah 9 dan 10 peserta, yel – yel kelompok adapun pesertanya di campur dari 3 kelas A, B, dan C.
Kegiatan yang pertama dengan berhitung , kegiatan ini juga harus dilaksanakan  konsentrasi, karena kalau tidak akan salah  menghitungnya . di terus kan dengan pencarian nomor dilokasi yang di sediakan oleh mentor,  setelah  selesai kami di tujukan beberapa permainan dan lokasinya yang di sediakan mentor,  permainan yang disediakan adalah:


















1.        Permainan Menyulam/Menjahit Badan

        Permainaan ini sangat unik dilakukan harus dengan kecepatan kerjasama secara penuh dengan kelomponya. Tetapi permainan ini mengalami kesuliatan terutama bagi peserta perempuan,  alat yang untuk penyulam / menjahit adalah sebuah tali, bagi peserta perempuan merasa susah dan geli karena ada suatu tali yang di masukan ke baju dari ujung lengan tangan kiri kekanan atau sebaliknya.

2.        Berjalan  Dengan Kaki Terikat

        Permainan ini membutuhkan kokompakan, kebersamaan dalam kelompok, kalau tidak kaki akan terasa sakit, karena kaki yang terikat akan tertarik – tarik oleh peserta yang lain dalam kelompoknya. Alat yang di gunakan adalah tali kain sepanjang +- 50 cm. Dengan jumlah peserta tiap kelompok sekitar 9 – 10 mahasiswa.








3.        Mencari Coin di Tepung.

        Mencari Coin di dalam tepung dengan mulut , setelah mendapat segera di kumpulkan ke team penilai berapa jumlah koin yang di dapat, permainan ini juga sangat asyik dan unik karena sehabis mencari koin muka peserta terutama di bagian mulut banyak sekali tepung yang menempel seperti memakai bedak tetapi rasanya kasar.






4.        Exalator bambu ( tangga berjalan)

     
   Dalam permainan ini peserta membutuhkah kekompakan, kerjasama,kekuatan,kecepatan dan sebagainya, karena permainan ini harus kerjasama sama peserta harus ada kekompakan dan juga kekuakatan  karena dari kelompok yang berjumlah 9 orang mahasiswa, 1 orang mahasiswa yang berjalan di bambu yang panjang sekitar 50 cm  berjumlah 4 buah 1 bambu dipegang oleh 2 orang mahasiswa secara estapet.


5.        Benteng Takesi/Perang air

  
      Dalam permainan ini, setiap  kelompok saling bermusuhan saling lempar air yang dimasukan kedalam plastik seukuran  ¼ kg,  perminan ini membutuhkan keahlian,kekuatan, kerjasama, kekomkapan dalam suatu mempertahankan daerahnya masing – masing, setiap kelompok saling serang untuk memperebutkan sebuat tongkat kebesaraan kelompok masing – masing, siapa yang kuat dia yang menang dalam permainan ini.








6.        Membangun Menara

        Permainan ini membutuhkan keuletan , kesabaran , kerjasama, ketelitian, dalam membangun sebuah menara yang denga bahan bakunya adala sedotan, pembangunan menara ini membutuhkan sedotan -+1 pak , isolasi, gunting, membangun menara harus kuat dari segi pondasi atau ketahanan dari terpaan angin.  Kalau tidak kuat dan kokoh, kalau ter kena angin kecil saja akan roboh, karena bahannya  yang sangat ringan.  






7.        Mengisi Air Dengan Gelas Bocor

Description: E:\New folder\OUTBOUND KARAKTER BUILDING\DSCN5445.JPG        Dalam permainan ini peserta membutuhkan keseimbangan, sejajar dan kecepatan dalam memberikan gelar bocor yang berisi air kepada peserta kelompoknya yang di belakangnya dengan lewatdi atas kepala, apabila tidak tepat dalam menyumbat gelas yang bocor, maka airnya akan terbuang,mengenai kepala yang akan basah, dalam pengisiannya akan memakan waktu lama, gelas yang akan diisi tidak terisi air dengan cepat.





8.        Menulis Satu Kata Untuk SWU

    
    Dalam  permainan  ini panitia menyediakan satu lembar kertas manila dan spidol yang nantinya tiap kelompok untuk menulis satu kata untuk SWU, kelompok yang namanya “Lazarus” yang dengan satu katanya adalah tulisan “ BRAVO”  dan nantinya di bacakan tiap kelompok secara bersama – sama dengan berurutan setiap kelompok. Setelah di bacakan secara  bersama – sama terus akan terbentuk suatu kata yang  menjadi satu dari tiap kelompok.



















9.        Estafet Karet

Description: E:\New folder\OUTBOUND KARAKTER BUILDING\DSCN5454.JPG        Permainan ini sangat unik dan  asyik, karena  dalam permainan ini peserta saling memberikan karet dengan sedotan yang sedotannya berada pada mulut tiap  peserta, permainan membutuhkan keseimbangan,kecekatan, ketepatan, dan kekompakan dalam  memberikan karet melalui sedotan yang ada pada mulut setiap peserta, dalam permaainan  ini tiap peserta dibutuhkan saling kerjasama dalam suatu kelompok, dan kecepatan dalam memberikan karetnya kepada setiap peserta  dalam satu kelompok.






10.    Membawa Gelas

Description: E:\New folder\OUTBOUND KARAKTER BUILDING\DSCN5431.JPG        Pemermainan membawa gelas yang berisi air  tidak mengunakan nampan, tetapi untuk  membawanya dengan selembar taplak yang sebagai alas sehingga membutuhkan kerjasanma, kekompakan, kehati – hatian, supaya gelasnya tidak terguling, kalau gelasnya terguling diisi lagi air dan di teruskan jalannya dengan membawa gelas isi air secara,











B.               Kesimpulan

Acara ini memiliki makna yang dalam akan kegiatan outbound dalam mata kuliah Character Building mulai dari pelatihan, kepemimpinan, pengembangan dan motivasi. Acara ini benar benar memberikan gambaran akan kerjasama, keakraban, kebersamaan, karena dalam setiap kelompok dilakukan secara bersama –sama.
Motivasi, keakraban, kebersamaan, kerjasama didapat dalam acara  outbound, membuka mata dalam mendapatkan suatu hasil,dan dalam mencapai sebuah tujuan dibutuhkan sebuah pengorbanan, sekecil apapaun usaha yang kita lakukan akan membuahkan hasil yang baik.








BAB III

PENUTUP

            Sudah menjadi sifat manusia, yang tidak pernah luput dari pada kesalahan dan kekurangan. Selama hayat masih dikandung badan, maka sifat tersebut akan ada pada diri seorang manusia. Maka dari itu penulis ingin meminta maaf sebesar – besarnya apabila di dalam penulisan tugas ini masih banyak adanya kekurangan.

            Maka penulis sangat menginginkan adanya kritikandan saran guna, semoga dibuatnya tugas laporan Outbound dapat memenuhi nilai dalam mata kuliah  Character Building.





Obsesvasi Charakter Buildinng



OBSERVASI  CHARACTER BUILDING
DENGAN
 TEMA SIKAP DAN PERILAKU SOSIAL

PEMULUNG PAHLAWAN LINGKUNGAN


Makalah Ini Disusun Dalam Rangka
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
CHARACTER BUILDING
Dosen Pengampu : Riyanti Yunita K, S Pd.





DI SUSUN OLEH :
DARSONO - STI201501151
NURKHOLIK - STI201401108
ANJAN WIBOWO - STI201501147
SABILUL KHOERIYAH - STI201401109
DHEDY TRI HERMAWAN- STI201401104





STMIK WIDYA UTAMA PURWOKERTO
2015
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, berkat limpahan Rahmat dan Taufiq-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw., beserta keluarga, sahabat dan pengikut beliau sampai akhir jaman.
Penulis mengucapkan dan menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Character Building, yang telah memberikan pengetahuan kepada penulis terutama tentang mata kuliah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktunya.
Walaupun penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyempurnakan makalah ini, penulis menyadari betul bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya hanya kepada Allah kita berserah diri dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan penulis khususnya, dan mudah-mudahan Allah selalu memberikan Ridho-Nya, Amien Ya Rabbal 'Alamin.

Purwokerto,     November 2015


Penulis




II
 
                                                                                                                                               
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................iii
BAB I             PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang Masalah ......................................................................  1
1.2.  Rumusan Masalah ...............................................................................   2
1.3.  Tujuan Penelitian .................................................................................  2
1.4.  Manfaat Penelitian ...............................................................................  2
1.5.  Metodologi Penelitian ..........................................................................  3

BAB II                        PEMBAHASAN
                        2.1  Latar Belakang Seorang Pemulung .......................................................  4
                        2.2  Kondisi Sosial Pemulung ......................................................................  4
                        2.3  Interaksi Sosial Pemulung ....................................................................   5
                        2.4  Konflik Sosial Pemulung ......................................................................  6
                        2.5  Penilaian Masyarakat Umum Terhadap Pemulung ..............................   7
                        2.6  Kondisi Pemulung ................................................................................  8

BAB III          PENUTUP
                        3.1  Kesimpulan ..........................................................................................   9
                        3.2  Saran ....................................................................................................   9
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................  10
LAMPIRAN ........................................................................................................................  11


iiiIIII
 
 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
                  Pemulung dipandang sebagai strata kasta paling bawah di dalam masyarakat kita. Mungkin karena pekerjaan mereka yang bersinggungan langsung dengan sampah. Bahwasanya hanya beberapa orang saja dari masyarakat kita yang menyadari sesungguhnya betapa besar peran pemulung dalam pengelolaan sampah.
            Apa yang dilakukan olehnya merupakan salah satu bentuk nyata dalam pengelolaan lingkungan hidup, karena sampah-sampah yang diambil oleh pemulung adalah rata-rata merupakan sampah organik seperti botol/gelas plastik air mineral, kardus-kardus bekas, besi rongsokan, kaca dsb. Dan ternyata kesemuanya itu masih memiliki nilai jual. Yang disisakan oleh pemulung adalah sampah-sampah organik yang bagian pengelolaannya adalah tugas dari Pemerintah Daerah dalam hal ini adalah tugas dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota..
1
 
            Kami memilih judul ini karena kami merasa pemulung selama ini dianggap sampah masyarakat. Oleh sebab itu kami mengangkat judul ini agar dapat menepis opini masyarakat dan kami juga  ingin lebih mengetahui lebih dalam mengenai kehidupan sebagai pemulung. Kami melakukan observasi di Terminal Bus Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah. Alasan kami memilih di daerah tersebut karena pemulung yang berada di terminal memungut sampah di dalam bus yang baru saja masuk ke dalam terminal. Di terminal tersebut sebagian pemulung adalah anak kecil diantaraya adalah  Nanang. Saat diwawancarai, Dia sangat sopan dan menjawab dengan baik atas semua pertanyaan kami. Di sekitar area terminal tersebut kami melihat nanang dan pemulung lainnya berebut sampah di dalam bus yang baru datang. Sunggguh pemandangan yang berbeda dimana anak kecil seharusnya belajar dan bermain tetapi di sini mereka mencari uang untuk kehidupan mereka. Hidup menjadi anak jalanan dan pemulung memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan dan pemulung tampaknya belum begitu besar dan solutif. Padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Allah yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh-kembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah.

            Sudah saatnya pemerintah memberikan konstribusi yang baik bagi pemulung agar bisa dipandang positif untuk masyarakat. Tempatkan mereka pada posisi yang baik.Berikanlah modal untuk bisa mengembangkan usaha ataupun membuat lapangan pekerjaan baru. Berikan pendidikan yang layak agar mereka bisa menjadi anak bangsa yang berprestasi.  

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah latar belakang seorang pemulung?
2.      Bagaimanakah kondisi sosial dari seorang pemulung?
3.      Bagaimanakah interaksi sosial antara pemulung, bos kecil dan bos besar?
4.      Seperti apa sajakah konflik sosial dari seorang pemulung?
5.      Seperti apakah penilaian masyarakat terhadap seorang pemulung?
6.   Bagaimankah kondisi pemulung di area terminal?

1.3  Tujuan Penelitian
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Character Building dari Ibu Riyanti Yunita K, S Pd. Dan untuk menjawab setiap pertanyaan dalam rumusan masalah. Sehingga dihasilkan kesimpulan yang lengkap dan untuk dapat mengenal lebih dekat dengan para pemulung dan lingkungan hidupnya, seperti :
1.      Bagaimanakah latar belakang seorang pemulung?
2.      Bagaimanakah kondisi sosial dari seorang pemulung?
3.      Bagaimanakah interaksi sosial antara pemulung, bos kecil dan bos besar?
4.      Seperti apa sajakah konflik sosial dari seorang pemulung?
5.      Seperti apakah penilaian masyarakat terjadap seorang pemulung?
6.      Bagaimankah kondisi pemulung di area terminal?

1.4  Manfaat Penelitian
2
 
Untuk dapat menepis pandangan masyarakat tentang pemulung yang dianggap sampah masyarakat. Dan untuk lebih jauh mengetahui lebih dalam mengenai kehidupan sebagai pemulung.

1.5  Metodologi Penelitian
         Dalam penyusunan laporan hasil riset ini, kami menggunakan metode-metode riset sebagai berikut:
1.   Metode Wawancara (Interview)
Dalam metode ini kami melakukan wawancara langsung dengan pemulung yang sedang terjun ke lapangan.
2.   Metode Pengamatan (Observasi)
       Dalam metode ini kami melakukan pengumpulan data dengan cara melihat, mendengarkan dan mengamati secara langsung terhadap semua aspek yang berhubungan dengan kehidupan para pemulung.
3.   Metode Kepustakaan
Dalam metode ini kami mempelajari referensi-referensi seperti dari internet yang berhubungan dengan kemiskinan di Indonesia,  khususnya tentang pemulung.




















3
 
 


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Seorang Pemulung
Pemulung adalah seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai pencari barang yang sudah tidak layak pakai, maka orang yang bekerja sebagai pemulung adalah orang yang bekerja sebagai pengais sampah, dimana antara pemulung dan sampah sebagai dua sisi mata uang, dimana ada sampah pasti ada pemulung dan dimana ada pemulung disitu pasti ada sampah. Dalam menjalani pekerjaannya, pemulung dapat dibedakan menjadi dua yaitu, pemulung yang menetap dan pemulung yang tidak menetap.
1.      Pemulung menetap adalah pemulung yang bermukim di gubuk-gubuk kardus, tripleks, terpal atau lainnya di sekitar tempat pembuangan akhir sampah.
2.      Sedangkan kelompok pemulung tidak menetap adalah pemulung yang mencari sampah dari gang ke gang, jalanan, tong sampah warga, pinggir sungai dan lainnya.

Tidak semua dari mereka yang berprofesi sebagai pemulung seratus persen menggantungkan penghasilannya dari memulung, tetapi ada juga yang hanya menjadikan memulung sebagai pekerjaan sampingan atau untuk mencari uang tambahan.
Pendidikan merupakan dasar dari pengembangan produktifitas kerja.Tingkat pendidikan yang rendah, membuat pola pikir yang relatif sempit.Sebagian besar pemulung hanya tamat pendidikan sekolah dasar. Kemudian didukung oleh faktor ekonomi keluarga yang tidak berkecukupan. Faktor yang lain adalah modal yang dimiliki sangat terbatas, sehingga sarana yang digunakan oeh pemulung sangat sederhana. Yaitu, karung plastik dan gancu untuk mengungkit sampah atau barang bekas.

2.2 Kondisi Sosial Pemulung
Kelompok masyarakat pemulung tidak memiliki organisasi formal atau yang bersifat akademik namun secara informal, pemulung memiliki hubungan kerja sama yang serupa dengan kegiatan kelompok organisasi. Pemulung biasanya diorganisir oleh beberapa kelompok.


4
 
 


 Status sosial pemulung dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

Ø   Pemulung
Ø   Bos Kecil
Ø   Bos Besar
Pemulung merupakan status sosial yang paling rendah.Ia bekerja untuk mengumpulkan sampah seperti kaleng bekas, botol minuman bekas yang dikumpulkan dalam karung, kemudian diserahkan kepada bos kecil. Dalam ekonomi, pemulung dapat disetarakan dengan produsen.
Bos kecil merupakan orang yang menampung sampah-sampah dari para pemulung..Sampah-sampah tersebut ditimbang untuk kemudian dihitung berapa berat sampah tersebut.Ia memiliki tempat penampungan sampah. Bos kecil apat disetarakan dengan peran pedagang pengumpul (collector).
Bos besar memiliki tempat penampungan yang lebih besar dari bos kecil.Ia adalah pengadah dari hasil kumpulan sampah bos kecil. Dalam ekonomi, bos besar dapat disetarakan sebagai lembaga pemasaran atau agen. Status sosial dan peran pemulung, membedakan tingkat pendapatannya.

2.3 Interaksi Sosial Pemulung
Para pemulung umumnya memiliki pergaulan yang terbatas dan relasi yang sempit. Jaringan sosial pemulung secara horizontal (hubungan dengan sesama pemulung), terlihat cukup baik.Mereka saling tolong menolong sesamanya.Jika ada diantara mereka yang terkena musibah, mereka meminta pertolongan dengan kawan seprofesi.
Jaringan sosial pemulung secara vertikal (hubungan dengan kelompok atas dan bawah), terlihat cukup baik pula. Antara kelompok atas dan bawah saling berkepentingan. Kelompok bawah (pemulung) membutukan kelompok atas (bos kecil atau agen) yang menjadi pengadah hasil kumpulan barang bekas yang dikumpulkan pemulung.Tidak hanya kelompok bawah yang bergantung kepada kelompok atas. Namun, kelompok atas pun memiliki kepentingan dengan kelompok bawah. Para agen, membeli barang-barang bekas kumpulan pemulung.
5
 
Bagi agen, biasanya menyediakan minum dan makan sebagai biaya sosial.hal itu juga untuk mempertahankan hubungan baik antara pemulung dengan pengadah atau agen. Dan jika memerlukan uang untuk biaya pendidikan anaknya, misalnya, biasanya pemulung tidak segan juga untuk meminjam uang kepada agen/bos kecil.
Pemulung-pemulung dapat melakukan kerjasama dalam bentuk uang yang disumbangkan secara sukarela terhadap sesama pemulung yang terkena musibah.Sedangkan dari pihak bos kecil/bos besar/agen biasanya memberikan bantuan seperti pinjaman uang (jika dalam jumlah yang besar).Sedangkan jika dalam jumlah kecil, biasanya diberikan secara sukarela.
Diantara para pemulung, dalam menjalankan tugasnya juga terdapat persaingan, seperti untuk mendapatkan hasil pulungan yang banyak dan wilayah operasi. Faktor kecekatan tangan, keterampilan, dan daya tahan fisik yang akan menentukan seberapa banyak mereka dapat mengumpulkan barang-barang bekas yang masih memiliki nilai ekonomi. Siapa yang kuat fisiknya, pagi, siang, sore bahkan malam hari, dapat melakukan aktivitasnya sebagai pemulung, maka akan lebih banyak juga barang-barang bekas yang didapat.
Persaingan antara pemulung dengan agen, biasanya berkaitan dengan harga pulungan.Biasanya dihitung berdasarkan berat.Jika dalam kondisi ekonomi yang sedang sulit seperti sekarang ini, biasanya harga barang hasil pulungan cenderung turun.
Dalam kepemilikan media komunikasi, dalam hal ini penggunaan telepon genggam, hanya beberapa pemulung saja yang memiliki telepon genggam.Biasanya mereka adalah pemulung masih remaja dan menggunakan telepon genggam untuk berkomunikasi dengan teman-temannya.

2.4 Konflik Sosial Pemulung
Dalam kehidupan sosial suatu masyarakat, adanya persaingan yang tidak sehat, perbedaan kepentingan dan komunikasi yang tidak terjalin dengan baik, dapat menimbulkan konflik sosial.
Kehidupan pemulung sebagai masyarakat miskin yang kumuh, tidak terlepas dari konflik-konflik kehidupan. Selain mengembangkan jaringan sosial, juga berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Biasanya para pemulung memiliki pekerjaan sampingan lainnya seperti berternak, membuka usaha warung makanan, atau bisa juga, memulung untuk tambahan uang saja. Hal itu dilakukan untuk mengatasi himpitan kesulitan ekonomi.
6
 
Agar mampu bertahan hidup, mereka mengerahkan keluarganya untuk bekerja. Misalnya, Ayah memulung di pagi, siang dan sore hari. Ibu, memulung di pagu hari saja dan Anak memulung di sore hari, sepulang sekolah.
Konflik-konflik kecil juga dapat terjadi di kalangan pemulung dan agen. Biasanya masalah yang terjadi adalah pemulung menjual hasil pulungannya kepada pihak lainnya (bos kecil) dengan alasan untuk menghindari dipotongnya penghasilan untuk membayar utang si pemulung tersebut. Atau bisa juga untuk mencari selisih harga beli yang lebih menguntungkan. Melihat profesi pemulung yang akrab dengan sampah dan barang-barang bekas, tak jarang mereka yang tak kuat fisiknya terserang penyakit.Dalam hal ini, jaminan kesehatan untuk pemulung masih sangat minim. Tak jarang pemulung dianggap penduduk ilegal sehingga terkadang, mereka tidak mendapat perlakuan kesejahteraan yang sama dengan masyarakat lainnya.
Mengenai status kependudukan mereka pun terkadang tidak jelas.Sebagian pemulung tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP).Kalaupun ada, KTP tersebut berasal dari tanah lahir mereka dan bukan KTP dari daerah mereka bermukim.
Tetapi secara umum, konflik-konflik yang terjadi di kalangan pemulung, masih dapat dikendalikan dengan baik dan kehidupan sosial ekonomi pemulung berjalan dengan baik.

2.5 Penilaian Masyarakat Umum Terhadap Pemulung
Penilaian pemulung di mata masyarakat masih dianggap kurang baik. Hal ini disebabkan oleh tingkah laku beberapa pemulung yang suka jahil mencuri. Sudah banyak terjadi kasus pemulung yang memasuki kawasan perumahan, mencuri sepeda motor milik warga. Oleh karena itu sudah banyak warga yang melarang pemulung memasuki kawasan perumahannya karena dianggap meresahkan warga.
Namun, tidak semua masyarakat beranggapan negatif terhadap pemulung. Karena.di balik sisi negatif para pemulung yang suka jahil mengambil barang berharga milik warga, pemulung juga memiliki peran yang mulia. Pemulung memilki kontribusi nyata dalam  mewujudkan sebuah kota yang bersih dari sampah.
Masyarakat juga enggan untuk berinteraksi sacara langsung atau untuk menjalin hubungan kekerabatan dengan pemulung.Hal ini dikarenakan pemulung yang berpakaian kotor dan cenderung kumuh.
Perhatian masyarakat terhadap pemulung dan keluarga pemulung juga kurang. Padahal sebenarnya mereka membutuhkan perhatian dan dorongan materil maupun sosial dari masyarakat sekitarnya.




7
 
 
2.6 Kondisi Pemulung
            Kami melakukan observasi pada hari Minggu tanggal 1 November 2015 di Terminal Bus Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah. Di sana kami bertemu dengan seorang pemulung kecil, Nanang namanya. Dia bertempat tinggal di Teluk Purwokerto, dalam wawancara tersebut kami menanyakan banyak hal yang diantaranya adalah tentang kehidupan dia sebagai pemulung cilik.
            Nanang setiap sore hari sepulang sekolah dia pergi ke terminal untuk mengumpulkan botol-botol bekas atau sampah-sampah bekas yang bisa dijual. Dia mencari botol-botol bekas di dalam bus yang baru datang dari luar kota. Siswa dari SMP 7 PURWOKERTO ini selain mencari botol-botol bekas di dalam bus nanang juga mencari barang-barang bekas di dalam tong-tong sampah yang ada di area terminal.
            Di terminal bukan hanya nanang seorang diri sebagai pemulung cilik, banyak teman-temanya juga seperti dia. Mereka harus berebut untuk mendapatkan botol-botol bekas. Walaupun nanang baru kelas 2 SMP tapi dia sudah bisa mencari uang sendiri untuk membantu kedua orang tuanya yang bapaknya bekerja sebagai buruh tani. Nanang melakukan kegiatan ini juga untuk meringankan biaya sekolah sendiri dan untuk membahagiakan ke 2 adiknya yang masih kecil. Nanang mengumpulkan botol setiap hari dan di kumpulkan terlebih dahulu, baru setelah 1 minggu ia jual ke pengepul dengan hasil kurang lebih Rp.30.000/minggu.
Di sini dapat kami menyadari bahwa keberadaan pemulung sangatlah membantu, terutama dalam mengurangi barang-barang bekas yang menurut kita tidak layak berguna tapi dengan adanya mereka ternyata barang-barang tersebut dapat menjadi barang yang sangat berarti dan dapat terpakai untuk kita semua, membantu pembuangan sampah yang menumpuk di lingkungan kita, Pemulung adalah pahlawan lingkungan. Namun menurut pandangan sebagian masayarakat umum, pemulung merupakan sebuah keberadaan yang mengganggu, kotor, dll. Padahal kalau ditelaah lebih jauh, mereka sebenarnya juga tidak ingin menjadi seorang pemulung, karena mereka sendiri sebenarnya orang-orang yang cukup berwawasan luas, namun karena situasi ekonomi yang mengekang dan kesempatan yang belum datang, mereka menjadi seperti ini. 






8
 
 


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan kami mengenai hasil dari observasi ini, bahwa kehidupan para pemulung sangatlah mengharukan dari segi ekonomi hingga segi batin. Seperti di lecehkan oleh masyarakat, hingga dihina oleh bangsanya sendiri. Sehingga kami merasa sangat iba terhadap apa yang mereka rasakan dan kami pun tak lupa bersyukur dengan apa yang saat ini kami rasakan sehingga kami dapat menuntut ilmu hingga sejauh ini, karena masih banyak orang-orang yang kurang beruntung daripada kami.
                  Pekerjaan menjadi pemulung bukanlah pekerjaan hina seperti yang selama ini kita bayangkan. Karena kami melihat dan merasakan bahwa sistem pekerjaan mereka mengandung unsur kekeluargaan dan gotong royong yang sangat jauh berbeda dengan orang-orang yang kerja di balik meja megah dan berayun-ayun di atas kursi putar yang hanya bisa mengandalkan teori, memerintah dan saling menjatuhkan sesama rekannya. Dan factor yang menyebabkan mereka berprofesi sebagai pemulung yaitu factor ekonomi, keterbatsan pendidikan dan keterbatasan modal
                  Strategi yang dikembangkan pemulung agar tetap bertahan hidup dengan cara mempertahankan jaringan social baik secara vertical maupun horizontal, banyak orang memandang sebelah mata profesi pemulung padahal dengan keberadaan pemulung sangatlah membantu masyarakat dalam upaya membersihkan barang-barang yang tidak layak pakai. Meski cukup memberi jasa terhadap masyarakat sekitar, namun perhatian masyarakat terhadap pemulung relative kecil.

3.2 Saran
Sudah saatnyalah pemerintah memberikan konstribusi yang baik bagi pemulung agar bisa dipandang positif untuk masyarakat. Tempatkan mereka pada posisi yang baik.Berikanlahmodal untuk bisa mengembangkan usaha ataupun membuat lapangan pekerjaan baru. Berikan pendidikan yang layak agar mereka bisa menjadi anak bangsa yang berprestasi dan jadikanlah tempat pemukiman pemulung supaya tidak kumuh dan kotor, karena tempat seperti itu yang menjadi penyakit.         


9
 
 
DAFTAR PUSTAKA

























10
 
 


LAMPIRAN
Description: F:\Photos\IMG-20151101-00211.jpgDescription: F:\Photos\IMG-20151101-00210.jpg
             
     









11
 
11
 
                Description: F:\Photos\IMG-20151101-00212.jpg

Description: F:\Photos\IMG-20151101-00213.jpg

Description: F:\Photos\IMG-20151101-00215.jpg
12